Sejarah Desa
ASAL MULA TERJADINYA DESA PANDAK (Menurut Sugerman, 2017)
Perpindahan penduduk baik secara perorangan maupun berkelompok adalah sesuatu yang wajar dan sudah terjadi sejak zaman dahulu sampai sekarang dan mungkin pada masa-masa yang akan datang. Alasan perpindahan penduduk pun bermacam-macam diantaranya : tuntuntan ekonomi, bencana alam, juga bisa karena politik seperti adanya perpindahan penduduk dari wilayah Kebumen kearah barat sehingga sekarang menjadi penduduk diberbagai tempat, yang salah satunya adalah asal muasal terjadinya desa Pandak. Kisah perpindahan penduduk kearah barat, menurut cerita turun temurun dari orang tua keanak cucu tidak dapat dipugkiri kebenarannya, namun sayang sekali tidak ada petunjuk waktu kapan peristiwa itu terjadi sehingga kisah ini seperti dongeng belaka. Namun demikian petunjuk tentang masih adanya kekerabatan hubungan keluarga, logat berbahasa masih ada petunjuk kesamaannya,sehingga menguatkan fakta peristiwa yang berhubungan dengan desa Pandak.
Pada abad ke-19 berawal dari pesantren Somalangu yang memiliki banyak santri yang berasal dari berbagai daerah dari Kebumen dan Kyai’nya dianggap sebagai orang yang sakti ,karena kepintarannya Kyai dianggap sebagai seorang pemimpin mereka ibaratnya kepala negara atau raja, disitulah awal mula terjadinya mala petaka. Hal tersebut didengar oleh mata-mata Mataram dan melaporkan bahwa Somalangu ingin memisahkan diri dari Mataram. Akhirnya Mataram mengirimkan pasukan kesana secara diam-diam. Orang-orang Pasir Luhur mengepung sekitar pegunungan disana untuk mengantisipasi terjadinya pemberontakan. Karena Kebumen tahu bahwa mereka sudah dikepung oleh pasukan Mataram yang dipimpin oleh Raden Mas Arumbinang. Kemudian orang-orang pesantren Somalangu geger sehingga menyepakati untuk kabur bersama dengan keluarganya. Mereka melakukan perjalanan melalui klirong,argomulyo, puring, kewarasan, buayan, desa tugu, pring tutul, dan sampai di Nusadadi bagian timur yang disebut Kalisetra. Orang tua dan orang yang sakit berhenti disana karena tidak dapat melanjutkan perjalanan dan akhirnya menetap disana. Kemudian orang-orang yang masih bisa melanjutkan perjalanan terus berjalan dan sampai di Mbedahan dan yang tidak sanggup melakukan perjalanan akhirnya menetap disana. Yang lainnya berjalan dan menemukan tempat dimana terdapat “kumpulan pohon dadap yang dikelilingi oleh rawa”. Sehingga tempat tersebut dinamakan RAWADADAP yang sekarang dinamakan wilayah RW I. Karena tempat tersebut dianggap aman jadi mereka menempati tempat tersebut. Kita bisa membuktika bahwa mereka masih satu keturunan diantaranya dengan logat bahasa yang sama antara kebumen selatan, kalisetra, mbedahan dan Rawadadap .
Yang berasal dari Kebumen utara diantaranya desa Panjer, Kembaran, Tanah sari, Gambang sari melarikan diri dari kebumen melalui jalan utara. Mereka adalah para punggawa sehingga dengan perbekalan yang cukup berupa emas dan barang berharga lainnya melanjutkan perjalanan dan melihat sebuah tempat yang sempit, rata, dan nyaman dan mereka mengatakan dalam bahasa Jawa “PAPAN NGADHAK” dan dipilihlah tempat tersebut sebagai tempat tinggal mereka dan diberi nama PANDAK yang sekarang dinamakan RW II.
Setelah beberapa lama tinggal orang Pandak dan Rawadadap bertemu dan mereka merasa senasib sehingga mereka memutuskan untuk bersatu membentuk suatu perkumpulan yang dipimpin oleh seorang Pinatus (pimpinan yang masyarakatnya hanya hitungan ratusan). Pinatus I berasal dari Pandak, Pinatus II berasal dari Rawadadap, Pinatus III berasal dari Pandak lagi, untuk pinatus terpilih sampai sekarang tidak ketahui namanya. Jabatan seorang Pinatus sampai seumur hidup hingga akhirnya sampailah pada tahun 1945 pertama kali membentuk seorang kepala desa yang memimpin desa Pandak (gabungan Rawadadap dan Pandak).Adapun Kepala desa yang pernah menjabat antara lain :
- Periode tahun 1945-1989 : H. Sirod
- Periode tahun 1989-1998 : H. Ngadiran Junaedi
- Periode tahun 1999-2006 : Sugihono
- Periode tahun 2007-2012 : A. Muhibbin, Amd
- Periode tahun 2013-2019 : Sugihono